Artikel

Pengertian dan Kekeliruan Makna Tadabbur Al-Quran

Al-Quran tidak diragukan lagi adalah panduan hidup setiap muslim yang mendambakan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan memahami dan menjalankan setiap petunjuknya, maka tujuan hidup akan menjadi mulia. Salah satu kunci dalam memahami Al-Quran adalah dengan tadabbur ayat-ayat yang terkandung didalamnya. Jadi apa sebenarnya makna dari tadabbur Al-Quran? berikut penjelasannya yang disertai dengan uraian tentang kesalahan pemahama terhadap tadabbur Alquran.

Arti Tadabbur Al-Quran

Al-Maidani berkata, “Tadabbur adalah perenungan secara menyeluruh yang mengantarkan ke puncak maksud perkataan dan tujuannya yang mendalam. Tadabbur juga diartikan sebagai memikir-mikirkan dan merenungkan ayat-ayat Al-Quran untuk dapat memahami makna, hikmah, ataupun maksudnya.

Tadabbur kadang diartikan sebagai mengamalkan Al-Quran karena itu adalah buahnya. Ada keterikatan yang kuat antara ilmu dan amal sebagaimana disebutkan dalam perkataan Ali bin Abi Thalib, “Wahai orang yang memahami Al-Quran, wahai orang yang berilmu, amalkanlah Al-Quran karena orang yang berilmu itu adalah orang yang mengamalkan apa yang ia ketahui.”

Hasan bin Ali berkata, “Bacalah Al-Quran hingga bisa mencegahmu (dari berbuat dosa). Bila tidak bisa mencegahmu, berarti itu tidak membaca.” Hasan Bashri berkata, “Tadabbur Al-Ouran itu tidak lain dengan mengamalkanya.” Abu Darda’ mengatakan, “Sesungguhnya yang menghafal Al-Quran itu hanyalah orang yang mendengar dan menaatinya.”

Hal itu sebagaimana disebutkan oleh banyak mufassir ketika menafsirkan firman Allah Ta’ala,

“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supava mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya.” (Shad (38):

Tanda-tanda tadabbur juga menjelaskan hakikat maksudnya. karena itu merupakan definisi praktis tentang tadabbur Al-Quran.

Kekeliruan Seputar Makna Tadabbur

 Salah satu masalah yang menjauhkan kebanyakan umat Islam dari tadabbur Al-Quran dan merenungkan makna yang ada di dalamnya adalah keyakinan mereka bahwa memahami Al-Quran itu sulit. Ini merupakan kesalahan dalam memahami makna tadabbur Al-Quran.

Ini merupakan penyimpangan dari tujuan Al-Quran diturunkan. Karena, Al-Quran itu merupakan kitab tarbiyah (penempaan) dan pengajaran. Kitab yang berisi petunjuk dan pengetahuan bagi setiap muslim. Kitab yang merupakan petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang beriman. Kitab yang telah dimudahkan ole Allah Ta’ala untuk memahami dan merenungkan makna-maknanya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (Al-Qamar :17)

Ibnu Hubairah berkata, “Salah satu tipu daya setan adalah tindakannya menjauhkan hamba-hamba Allah dari mentadabburi Al-Quran. Karena, setan tahu bahwa petunjuk itu akan terwujud ketika ada tadabbur. Maka, setan pun mengatakan, “Ini sebuah pertaruhan.” Sehingga, manusia pun mengatakan, “Saya tidak akan berbicara tentang Al-Quran untuk kehati-hatian.”

Asy-Syathibi berkata, “Meskipun Al-Quran itu membuat orang-orang fasih tak berkutik dan melemahkan para ahli balaghah untuk membuat seperti Al-Quran, hal in tidak lantas menjadikan Al-Quran itu keluar dari tata bahasa Arab yang biasa diucapkan orang Arab, sebagai kemudahan dari Allah untuk memahami perintah dan larangan di dalamnya.”

Ibnul Qayyim berkata, “Siapa yang mengatakan kalau Al-Quran itu memiliki takwil yang tidak bisa kita pahami maupun kita mengerti. Kita membacanya untuk beribadah melalui lafazh-lafazhnya, maka di dalam hatinya ada yang salah.”

Yang benar, bahwa dalam masalah ini adalah bahwa Al-Quran itu mayoritas kandungannya telah jelas, terang, dan transparan bagi setiap orang. Sebagaimana perkatan Ibnu Abbas,

“Tafsir itu ada empat sisi; sisi yang diketahui oleh orang Arab bersumber dari bahasa mereka, tafsir yang setiap orang mengetahuinya, tafsir yang hanya diketahui oleh ulama, dan tafsir yang hanya diketahui oleh Allah.”

Al-Quran itu jelas dan gamblang. Memahami, menguasai, dan mentadabburinya tidaklah sulit. Kita jangan menutup pikiran kita dan menggantungkan semua pemahaman dalam Al-Quran dengan kembali kepada kitab-kitab tafsir. Kita pukul rata sesuatu yang minoritas kepada yang mayoritas. Ini merupakan konsep yang salah. Ini termasuk jenis penangguhan dalam tadabbur dan memahami Al-Quran.

Menutup akal kita dari tadabbur Al-Quran dengan alasan tidak ada pengetahuan tentang tafsirnya dan mencukupkan diri dengan hanya membaca lafazh-lafazhnya, ini merupakan salah satu pintu masuk setan ke dalam diri seorang hamba untuk menyelewengkannya dari mendapatkan petunjuk dengan Al-Quran.

Andaikan alasan di atas kita terima, maka bila Anda merasa kesulitan dalam memahami makna sebuah ayat, tentu akal, logika, tekad, dan hikmah menuntut Anda akan segera mencari makna dan maksudnya, bukannya malah menutup akal Anda, sehingga Anda membacanya tanpa tadabbur, atau malah berhenti membaca dan itu bukanlah arti tadabbur Al-Quran yang benar.